selamat berjihad kawan-kawan PII senusantara.. lahirkan kader-kader pemersatu ummat pejuang syariah.. semoga training liburan ini sukses..

Senin, 31 Januari 2011

PERSYARATAN LAT & PID JAKARTA 2011

PERSYARATAN
LEADERSHIP ADVANCED TRAINING (LAT)
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
JAKARTA, 20-27 Februari  2011

A. Kepesertaan
1. Telah mengikuti intermediate training minimal 5 bulan.
2. Menyatakan diri secara tertulis bersedia aktif dalam struktur PII selama 2 tahun.
3. Telah berumur minimal 17 tahun atau jenjang pendidikannya di kelas 2 SLTA/sederajat
4. Mampu membaca Alquran secara baik dan benar serta fasih (Tajwid, makhraj huruf) dan lancar 
5. Hafal minimal satu buah hadis
6. Senantiasa menjaga shalat lima waktu.
7. Telah lulus mengikuti salah satu kursus pasca Intermediate Training dan atau Ta`lim Wustho secara penuh.
8. Membuat tugas tulis berupa makalah dan resensi secara orisinil dan mampu mempertanggungjawabkannya di hadapan tim instruktur.

B. Administrasi
1. Ada surat mandat dari PW PII asal peserta
2. Iuran SWO Rp 75.000 (per PW PII)
3. Iuran SWP Rp 100.000
4. Iuran SWP Rp 50.000 (khusus peserta PI tambahan)
5. Ada SK Kepengurusan dari PW/PD PII asal peserta

C. Tugas Tulis dan bahan bacaan.
a. Tema Makalah (pilih salah satu), antara lain:
• Menggagas organisasi pelajar islam yang dinamis dan transformative (study atas tri komitmen PII). 
• Menciptakan budaya permanen (permaculture)sebagai alternative membangun masyarakat islam (telaah cita kemasyarakatan islam).
• Politik identitas sebagai keniscayaan multicultural (strategi politik ummat islam jangka panjang). 
• Melacak Akar Geneologis Ideologi Islam dalam Falsafah Gerakan PII. 
• Reinterpretasi PII: Menuju Gerakan Ideologis Inklusif. 
• Antara Etika dan Estetika: Mengurai Budaya di Era Komunikasi (Tinjauan Eksistensi dan Hakekat Ilmu Pengetahuan). 
b. Minimal 15 (Lima Belas) Halaman, 1,5 spasi, Times New Roman, 12 pt, Kertas A4
c. Referensi yang dipakai minimal 5 buku.
d. Ada lembar pengesahan dari Pengurus Wilayah yang memberi mandat.
e. Meresensi buku minimal 5 (Lima) halaman, 1,5 spasi, Times New Roman, 12 pt, Kertas A4
Daftar Buku Yang di resensi (pilih salah satu), antara lain:
NO JUDUL PENGARANG PENERBIT
1. Prophetic Intelligence (Kecerdasan Kenabian) Hamdani Bakran Adz-Dzakiey Pustaka Al Furqan
2. Sejarah Al Qur’an Muhammad Hadi Ma’rifat Penerbit Al Huda
3. Dua Wajah Islam Stephen Sulaiman Schwartz Blantika, The Wahid Institute
4. Dimensi-dimensi Islam John Renard Inisiasi Press
5. Kepribadian dalam Psikologi Islam Dr. H. Abdul Mujib, M. Ag Rajawali Pers
6. Berlian Pribadi Sukses (Membangun Akhlak Pribadi Muslim yang Sukses di Masyarakat) Ichwan Ishak Penerbit Grafindo
7. Menanam Sebelum Kiamat Fachruddin M Mangunjaya, dkk Yayasan Obor Indonesia
8. Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat Mehdi Nakosteen Risalah Gusti
9. Beragama dengan Akal Jernih Idrus Shahab Serambi
10. Negara Madinah Khalil Abdul Karim LKiS Yogyakarta
11. Islam Sebagai Ilmu Kuntowijoyo Mizan
12. Muhammad sang Tauladan Abdurrohman Asy-Syarqawi Irsyad Baitus Salam
13. Orientalis dan Diabolisme Pemikiran Dr Syamsuddin Arif Gema Insan Press
14. 50 Pemikir Pendidikan (Dari Piaget sampai Masa Sekarang) Joy A. Palmer (ed) Penerbit Jendela
15. Filsafat Etika Islam Amin Abdullah Mizan
16. Merajut Persatuan di Tengah Badai ZA. Maulani Penerbit Daseta
17. Muqaddimah Ibnu Khaldun Pustaka Firdaus
18. Sekolah Gratis Utomo Dananjaya Paramadina
19. Dari Gerakan ke Negara H. M. Anis Matta Rabbani
20. Tasawuf Modern Hamka Pustaka Panji Mas
21. Minhaj Al Abidin ila Al Jannah Abu Hamid Al Ghazali Diva Press
22. Wawasan Islam H. Endang S. Anshari, MA Gema Insani Press
23. Paradigma Pendidikan Islam (Membangun Masyarakat Madani Indonesia) Drs. Hujair AH. Sanaky, M.Si Safiria Insania Press
24. Iklan dan Politik Budi Setiyono Galang Press
25. Budaya Populer sebagai Komunikasi Idi Subandy Ibrahim Jala Sutra
26. Islam dan Pluralisme Jalaluddin Rahmat Serambi
27. Manajemen Ruh Prof. Kamal Haydari Penerbit Cahaya
28. Al Qur’an Kitab Zaman Kita Syaikh Muhammad Al Ghazali Mizan
39. Spiritualitas dan Realitas Kebudayaan Kontemporer Alfathri Adlin (editor) Jala Sutra
30. Benturan Antar Peradaban Samuel P. Huntington Qalam
31. Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan Kasiyan Ombak
32. Titik Balik Peradaban Fritjof Capra Jejak
33. Genealogi Intelegensia Muslim Yudi Latif Teraju
34. Cita Humanisme Islam George A Maqdisi Serambi
35. Renaisans Islam Joel L. Kraemer Mizan
36. Islam, Doktrin dan Peradaban Nurcholis Madjid Paramadina
37. Islam agama semua zaman Shabbir Akhtar Pustaka Az-Zahra
38. Para Pencari Tuhan Syaikh Nadim Al-Jisr Putaka Hidayah
39. Pragmatisme dalam Politik Zionis Israel Adian Husaini Khairul Bayan
40. Kebhinekaan masyarakat Indonesia Budiono kusumoharmidjojo Grasindo
41. Islam Dihujat (menjawab buku Robert Morey :Islamic Invasion) Hj. Irene Handono Bima Rodeta
42. Anak masa depan (imajinasi, kreativitas, dan serbuan budaya baru) Ruben A. Alves Inisiasi Press
43. Jihad Gerakan Intelektual (masalah langgam doktrinal menunju bahasa konsep) Kreasi wacana
44. Satu agama atau banyak agama (kajian tentan liberalisme dan pluralisme agama) Muhammad leghaussen Lentera
45. Tekstualitas Al-Qur’an (kritik terhadap ulumul-Qur’an) Nashir Hamid Abu Zaid LKIS
46. Filsafat Islam (sebuah pendekatan tematis) Oliver Leaman Mizan
47. Da’wah (mencari peluang dan problematikanya) (Editor: Ulil Amri Syafri) STID Muhammad Natsir press
48. Modal Sosial John Field Kreasi Wacana
49. Arena Produksi Cultural Pierre Bourdieu Kreasi Wacana
50. Pengantar Ilmu Antropologi Pror.Dr.Koentjaraningrat Rinek Cipta
51. Krisis Ideologi Arief Mudatsir Mandan Pustaka Indonesia Selalu
52. Strategi Missi Kristen Susiyanto Cakra Lintas 
53. Sistem Politik Indonesia Prof.Dr.Kacung Marijan Kencana
f. Menyatakan kesediaan untuk aktif di struktur kepengurusan PII minimal 2 (dua) tahun kedepan
g. Mengirim curriculum vitae, makalah dan resensi (H-3) via email: { HYPERLINK”mailto:kaderisasipbpii@gmail.com”\t”_bla
nk”}
h. Membawa buku-buku tentang filsafat, tasawuf, pemikiran dan agama, pendidikan, sosial, budaya, politik, ekonomi, sejarah dan lain-lain minimal 5 buah.

PERSYARATAN
PENDIDIKAN INSTRUKTUR DASAR (PID)
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
JAKARTA, 28-3 maret 2011
A. Pendidikan Instruktur Dasar
1.Pernah aktif di Pengurus Daerah dan atau sedang aktif di Pengurus Wilayah
2.Telah lulus mengikuti kursus pendidikan pemandu /Mu`allim dan Advanced Training (ADVANTRA)
3.Mendapat Surat Mandat dari Pengurus Wilayah
4.Mampu membaca Al-Quran dengan fasih (tajwid, makhraj huruf) dan lancar
5.Telah berumur minimal 17 (Tujuh Belas) tahun atau jenjang pendidikannya di kelas 2 SLTA/sederajat
6.Membuat silabus kursus pra BATRA yang Orisinil
7.Membuat kliping koran dengan tema pendidikan dan kebudayaan; masing-masing minimal 5 judul.
8.Membuat tinjauan kritis (critical review) terhadap salah satu judul kliping. Minimal 3 halaman A4, 1,5 spasi, times new roman, 12pt.
9.Menyatakan kesediaan untuk aktif di struktur kepengurusan PII minimal 2 tahun ke depan.
10.Membawa buku-buku referensi tentang pendidikan (kurikulum, psikologi pendidikan, pelatihan, metode dan model pembelajaran) minimal 5 buah.
11.Mengirim curriculum vitae dan Modul Kursus pra BATRA alternatif (H-3) via email: { HYPERLINK”mailto:kaderisasipbpii@gmail.com”\t”_bla
nk”}

Minggu, 16 Januari 2011

KOMITMEN KE-PELAJAR-AN PELAJAR ISLAM INDONESIA ( PII )

Seorang siswa SMP yang dalam pikirannya hanya ada masalah sekolah dan persoalan keluarga; dengan aktivitas sehari-hari yang hanya sekolah, lalu pulang sekolah membantu orang tua membersihkan rumah dam mempelototi buku-buku pada malam hari berubah sangat-sangat derastis hanya dalam waktu tujuh hari. Kalau sebelumnya siswa SMP itu pekerjaannya hanya berangkat ke sekolah dan belajar, kini dia ke sekolah tidak hanya untuk belajar, namun juga untuk mengorganisir teman-temannya supaya memiliki kesadaran kritis dalam belajar. Dia juga sering memberi saran pada guru-gurunya mengenai strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa-siswa meresa betah dan nyaman.

Oleh Pelajar Islam Indonesia (PII), seorang siswa SMP yang dulunya hanya memikirkan perkara keluarga dan teman-teman, memikirkan kondisi ummat Islam dan masyarakat dunia. Kalau sebelumnya seorang siswa kerjanya hanya mengerjakan PR dari sekolah yang lebih cocok disebut penindasan, kini mereka menjadi mitra pimpinan-pimpinan lembaga pemerintahan bahkan hingga kepala pemerintahan daerah guna menyampaikan segala macam persoalan ummat serta mengawasi kinerja mereka.

Realitas ini hanya bisa ditemukan pada siswa, yang bahkan baru, setingkat SMP yang telah tersentuh oleh training PII. Inilah komitmen PII dalam membangunkan raksasa tidur dalam diri seorang anak, yang oleh masyarakat umum menganggap mereka sebagai kacung dan oleh PII menjadikan mereka agan, agen perubahan sosial. PII memberi pelajar sebuah pandangan dunia yang luas; PII memberi sebuah prinsip idelitas yang jelas. PII menanamkan prinsip dan Iman Islam pada pelajaran, membekali mereka mental yang tangguh serta memberi dorongan kuat pada pelajar untuk senantiasa mengembangkan intelektualitas.

Karakter kader PII yang seperti ini sering sekali mengancam eksistemsi mereka di lembaga pendidikannya sebab banyak guru-guru yang tidak senang akan protes dan kritik kader PII. Guru-guru yang maunya tidak ribet dan tidak mau susah-susah dalam melakukan pekerjaannya sering mengajar sebatas mengejar target kurikulum dan silabus lalu setiap bulan mengambil segepok uang yang disebut gajii; setiap seminar pendidikan berbondong-bondong para guru mengikutinya meski tidak mendengar satu katapun dari mulut pemareti seminar: yang penting pulang seminar dapat sertifikat. Sertifikat untuk penyataraan, lalu naik pangkat. Tujuan tertinggi adalah naik gaji. Itulah yang terlintas dalam otak hampir semua guru. Inilah pola pikir mayoritas guru. Jadi wajar seja mereka sering berbenturan pemikiran dan sering terjadi pertikaian dengan kader PII, siswanya. Kalau, dan sering, pertikaian ini terjadi, dapat dipastikan selalu kader PII yang dirugikan: mendapat nilai anjlok karena dendam guru dan bahkan ada yang dipecat dari sekolah karena menyuarakan kirik pada gurunya yang sama-sekali tidak idealis itu!

II.1.a Pelajar Sebagai Sasaran

Bagi PII, pelajar adalah sebuah entitas sosial yang paling signifikan dalam membentuk sebuah peradaban ideal di masa depan. Organisasi-organisasi lain pesimis akan kemampuan pelajar sebagai sasaran kaderisasi dan rekrutmen karena menggap mereka belum mampu mengemban tugas rekayasa sosial. Namun PII yakin pelajar adalah sasaran terbaik dalam membangun sebuah peradaban yang ideal. PII adalah penentu masa depan bangsa di masa depan. Pembekalan akan nilai-nilai ideal ke dalam diri pelajar adalah modal yang sangat potensial guna perubahan yang diharapkan. Ketika organisasi-organisasi lain tak terlintas dalam pikirannya untuk melihat potensi pelajar—pelajar sebagai bagian dari massa masyarakat yang sangat besar jumlahnya—PII menjadikan pelajar sebagai satu-satunya sasaran utama rekrutmen.

II.1.b Pelajar Sebagai Subjek

Pandangan PII terhadap dunia pendidikan berseberangan dengan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia. Bagi PII, pelajar tidak boleh menjadi sasaran pengajaran semata. Dalam sitem belajar-mengajar, pelajar harus lebih aktif daripada pengajarnya. Sistem seperti ini akan menjadikan pemikiran pelajar lebih aktif serta memiliki nalar kritis dalam merespon sesuatu. Mereka diarahkan untuk tidak menerima sesuatu secara mentah apa adanya. Bagi PII, pelajar  harus kritis dan dinamis. Hal ini akan menimbulkan progresifitas dalam diri setiap pelajar. Pengajar tidak boleh menjadi sebagai majikan yang hanya menyuruh saja pada siswa atau bukan sebagai algojo yang kehadirannya membuat siswa tertekan sehingga mematuhi segala titahnya. Seorang pengajar harus menjadi sumber semangat dan motifator pada siswanya agar mereka belajar atas semangat sendiri, bukan karena desakan dan paksan dari pihak manapun. Dalam diri setiap pelajar harus ada kesadaran akan pentingnya belajar bagi masa depan pribadi dan bangsa.

Karakter pelajar dalam pandangan PII adalah sebagai pelaku sejarah, bagian dari inti kebudayaan. Pelajar adalah kutub  di mana merekalah yang menentukan arah bangsa serta visi kebudayaan. Mereka sama sekali bukan objek dari gelaja-gelala sosial yang tidak jelas Arahnya. 

II.1.c Makna Pendidikan

Pendidikan dalam kacamata PII bukanlah pendidikan yang diatur secara ketat oleh negara dan masyarakat, memiliki limit waktu tertentu dan sangat bergantung pada angka-angka. Pendidikan dalam pandangan PII adalah pendidikan versi Rasulullah Saw. Yaitu “Mulai dari ayunan hingga liang lahat”. Beda kader PII dengan pelajar kebanyakan adalah mereka tidak hanya belajar karena desakan pengajar, namun mereka belajar karena keinsyafan akan pentingnya ilmu dalam kehidupan. Kader PII, tidak seperti  pelajar kebanyakan, tidak hanya mempelajari disiplin-disiplin tertentu sesuai dengan bidang yang dibebankan lembaga pendidikan tempat mereka belajar saja. Kader PII adalah mereka yang terus senantiasa berusaha menguasai segalai macan bidang ilmu; senang mengikuti forum-forum diskusi ilmuah serta; memiliki jiwa seni yang tinggi.

KOMITMEN KE-ISLAM-AN PELAJAR ISLAM INDONESIA ( PII )

Pelajar Islam Indonesia (PII) ada karena Islam. PII hadir untuk mendakwahkan Islam kepada ummat. PII adalah organisasi yang mencita-citakan tegaknya Islam di muka bumi. PII tidak mengenal perbedaan mazhab dan aliran pemikiran dalam Islam. Bahkan PII lahir karena ingin menyelesaikan pertengkarang perbedaan pemikiran dalam internal Islam. Awalnya PII lahir untuk menjembatani perselisihan dan pertikaian antara pelajar sekolah dengan santri pondok pesantren. Santri pondok pesantren menuduh mereka yang sekolah adalah mereka yang kafir karena menuntut ilmu dari penjajah. Doktrin ini memang merasuk bagi santri sebab mereka sejak dini telah ditanamkan kebencian pada Belanda dan segala prilaku-prilaku yang berkaitan dengan mereka. Padahal anak sekolah saat itu tidak lagi ada hubungannya dengan Belanda, namun karena sistem dan simbolnya masih sama, lahir klaim dari santri. Pelajar sekolah melihat mereka yang menuntut ilmu di pondok pesantren takkan mampu memberikan apaun bagi masa depan bangsa sebab mereka hanya mempelajari kitab-kitab yang sama sekali tidak mampu menjawab tantangan zaman. Nah, perselisihan inilah yang membuat para penggagas PII terinspirasi untuk melahirkan sebuah organisasi yang mampu menjembatani perbedaan pola pikir kedua kelompok ini serta dapat menyatukan mereka. Sebab, mereka berfikir, dengan usia kemerdekaan yang baru seumur jagung, akan menjadi ancaman besar bagi masa depan bangsa bila pelajar yang menjadi penentu arah bangsa di masa depan telah bertikai, membuat sekte dan berkubu. Lebih dari itu: saling membenci dan memaki serta selalu menghidupkan api dendam. PII lahir.

Islam yang didakwahkan PII adalah Islam yang murni dari Al-Qur’an dan Hadits yang terpercaya. PII tidak mengenal perbedaan mazhab, aliran, ras dan suku bangsa. PII mencita-citakan tegaknya Islam yang bebas dari pertengkaran mazhab dan perbedaan pemikiran keagamaan. PII mengajak kadernya untuk (i)mengimani Islam; (ii)mengilmui/mengkaji; (iii)mengamalkan serta (iv)mendakwahkannya.

 Iman
Allah SWT memerintahkan kaum muslim untuk mengimani Islam dengan benar dan mendalam, tidak menyekutukan Allah dengan sebarang sesuatu apapun.  Iman adalah hal pokok dan paling utama dalam ber-Islam. Islam tidak mengedepankan itelektualitas dan kearifan yang berasal dari barat dan timur. Islam mengutamakan iman yang dibuktikan dengan:

 “Kebajikan itu bukan menghadapkan wajah ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan adalah (kebajikan)orang yang beriman kepada Allah, hari akhir malaikat-malaikat,kitab-kitab dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan masa-masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)


“Takwa adalah melaksanakan sesuatu seakan-akan engkau melihat Allah. Dan bila tidak, maka ketahuilah bahwa Dia senantiasa melihatmu” kata Rasulullah Saw. Jadi iman adalah bekal agar kita tahan terhadap segala macan ujian dan penderitaan. Pada kesempatan yang lain Allah menegur orang-orang yang mengaku telah beriman padahal mereka belum diuji dengan segala macan penderitaan sebagaimana Allah telah menguji orang-orang sebelum mereaka.  Selain untuk tahan dari segala macam ujian. Iman juga sebagai dasar bagi kita untuk melaksanakan segala macam ibadah yang telah diperintahkan Allah SWT dan yang telah di anjurkan Rasululllah Saw.

 Ilmu
Allah SWT tidak akan menerima ibadah apapun dari hambanya kalau ibadah yang dia lakuka itu tanpa didasari pengatahuan yang benar. Ibadah tanpa ilmu akan tertolak. Meskipun pengamalan sesuatu lebih penting dari pengetahuan akannya, Namun tanpa didasari pengetahuan, pengamalan itu akan sia-sia. Ilmu memiliki posisi yang sangat sakral dalam Islam. Islam mengumpamakan orang yang berilmu dengan yang tidak seperti orang yang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Orang yang pintar, kata Rasulullah Saw, adalah mereka yang senantiasa mengingat akan kematian orang yang cerdas adalah mereka yang selalu mempersiapkan bekal bagi kamatiannya.

Allah SWT mewahyukan, bahwa hanya orang-orang yang berilmu saja yang selalu mengingat Allah baik sembari dia berdiri, duduk maupun berbaringnya. Mereka yang berilmu selalu merenungkan setiap kejadian alam semsta: baik itu pergantian siang dan malam; bahtera yang berlayar di autan maupun fenomena-fenomena alam yang lain.

 Amal
Islam adalah agama yang mengutamakan pengamalan dari sekedar pengetahuan. Perbedaan orang yang beriman dengan yang kafir adalah pada cara mereka merespon musibah serta ada tidaknya mereka mengamalkan perintah-perintah Allah serta ajaran-anjuran nabinya. Pengamalan harus dilandasi dua perkara yaitu keilmanan atau benar-benar tulus niatnya untuk mendapat ridha Allah SWT dan memiliki bekal pengetahuan akan apa yang diamalkannya.

II.2.d Dakwah
Pernyataan-pernyataan yang menyerukan AGAMA ADALAH URUSAN PRIBADI adalah pernyataan yang sesat dan menyesatkan. Hal ini benar-benar bertentangan dengan prinsip dan ajaran Islam. Islam memerintahkan kita untuk beramal serta mendakwahkan Islam. Karena bila Islam itu dijalankan oleh kita-kita saja sementara kita sendiri membiarkan orang-orang lain bergelimpanagan pengingkaran terhadap Islam, maka Allah SWT mengancam kita yang beramal ini pula akan turut merasakan azab dunia berupa bencana akibat ulah mereka yang ingkar. Islam mengilustrasikan pelaku maksiat seperti orang yang melubangi perahu. Bila kita tidak mencegah dan sedapatnya menghentikan perbuatannya maka semua akan turut tenggelam, semuanya turut meresakan azab dunia akibat pelaku maksiat.

Islam sangat melarang orang yang menganjurkan orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik atau melarang seseorang untuk meninggalkan sesuatu yang buruk sementara dia sendiri masih meninggalkan sesuatu yang baik itu dan masih melakukan sesuatu yang buruk itu. Sangat besar kemarahan Allah bagi orang yang melakukan dakwah seperti ini.

Kata Ibnu Taymiyah dalam kitabnya Siyasah Syar’iyah: “Dakwah adalah upaya mencuri hati”. Jadi dakwa samasekali bukan pemaksaan kehendak kepada orang lain. Dakwah harus menempuh jalur persuasi yang baik sehingga apa yang kita dakwahkan itu dapat merasuk ke dalam hati dan sanubari sasaran dakwah.

KOMITMEN KE-INDONESIA-AN PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

Telah sangat banyak yang diberikan organisiasi Pelajar Islam Indonesia (PII) yang lahir 1947 ini pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam masa Revolusi Fisik, PII telah banyak menyumbangkan kadernya dalam menumpas pasukan sekutu. Demikian pula dalam usaha memberantas Komunisme di Indonesia, PII menjadi salahsatu garda depan. Meskipun PII dianggap illegal oleh pemerintah selama kurang lebih satu dasawarsa, sejak pertengahan 1980-an hingga 1990-an karena menolak UU Kepemudaan yang mewajibkan seluruh organisasi kepemudaan menjadikan Pancasila sebagai asas organisasi, PII tetap berkontribusi dalam kaderisasi guna menyiapkan pemimpin bangsa yang teguh dengan prinsip-prinsip Islam, kepedulian terhadap dinamika dan persoalan ummat serta intelektualitas tinggi.

 Berkat perjuangan yang tidak kenal lelah sejak awan kebangkitannya PII telah mampu menyumbangkan kader-kader terbaiknya di segala lini perpolitikan, kewirausahaan, militer, dunia pendidikan dan banyak bidang lainnya. Menyebarnya kader-kader PII ke hampir semua bidang diharapkan mereka mampu menjalankan tugas di bidang masing-masing guna mengusahakan Indonesia ke arah yang lebih baik.

 Sejak awal perekrutannya, PII senantiasa mendoktrinkan tiga komitmen pada kadernya yaitu komitmen kepelajaran, keislaman dan keindonesiaan. Indonesia sebagai negara besar secara geografis selain memiliki potensi sumber daya alam yang kaya juga memiliki potensi sumberdaya manusia yang cerdas ulet dan kompeten. Bila semua potensi yang dimiliki bangsa ini dikelola dengan baik, kita yakin bahwa Indonesia dengan cepat akan berubah menjadi negara maju, jauh meninggalkan negara-negara adidaya sekarang.

 Pengelolaan atas aset bangsa yang kaya haruslah diamanahkan pada sosok-sosok yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat serta memiliki prinsip dasar yang teguh. Terutama, mereka harus memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Dan PII, mampu dan telah terbukti, menghasilkan segudang kader yang memenuhi indikator yang dimaksud.

 Persoalan yang dihadapi rakyat tidak mampu ditangani pemerintah secara seksama adalah kurangnya para pengelola pemerintahan memiliki kepekaan terhadap penderitaan yang dihadapi rakyat. Dalam mengatasi hal ini, PII sejak dini membiasakan kadernya bersentuhan langsung dengan rakyat.

 Nasi ummat adalah makanan yang paling populer dalam konsumsi training-training PII. Tujuannya adalah agar sejak awal kader-kader tau bahwa mereka telah mengisi perut mereka yang lapar dari hasil keringat dan jerih payah ummat secara langsung. Nasi ummat lebih dari sekedar makaan penghilang lapar. Nasi ummat adalah sebuah majelis dimana pelajar yang kelak menjadi pemimpin ummat melihat dan mendengarkan langsung derita dan perderitaan ummat dan nasi itu adalah cinta di dalam bungkusan.

Seorang pemimpin agar dapat benar-benar mengurusi rakyatnya haruslah dia memiliki kepekaan emosional terhadap persoalan ummat hingga sedetail mungkin. Selain itu dia juga harus mengetahui cara jitu mengatasi aneka problematika mereka. Mungkin hal inilah yang membuat pihak rektorat perguruan tinggi mengadakan KKN untuk mahasiswanya. Namun KKN orientasinya hanyalah nilai. Mahasiswa yang dilepaskan ketengah masyarakat itu tidak memiliki landasan prinsip yang teguh dan miskin visi. Sehingga KKN hanya menjadi bagian dari target akademik semata.

 PII sejak awal telah menanamkan prinsip-prinsip Islam yang teguh ke dalam dada setiap kadernya. Prinsip kesatuan antar ummat Islam itu seperti satu anggota tubuh: bila satu bagian terluka, seluruhnya merasakan sakitnya. PII juga memiliki visi yang jelas yaitu membentuk sebuah kebudayaan yang sejahtera dan damai. PKP merupakan ajang kader-kader PII melihat dan ikut merasakan langsung bagaimana pahit-getirnya penderitaan ummat. Kader PII yang ikut menyatu dengan ummat dalam ajang PKP memiliki kepakaan yang luarbiasa terhadap penderitaan ummat tergugah hatinya, tergerakkan badannya untuk bertindak mensolisikan aneka persoalan mereka. Bermodalkal intelegensia tinggi, kader PII tahu akar sebab penderitaan ummat. Dengan jiwa kepemimpinan yang ditanamkan, mereka dapat merebut posisi-posisi strategis di berbagai bidang sehingga dapat menghapuskan seluruh persoalan ummat dengan efektif dan efesien.

 Primordialisme adalah penyakit parah yang dapat mengancam kemajuan sebuah negara yang paling majemuk di dunia yaitu Indonesia. Pluralitas suku dan kebudayaan haruslah menjadi peluang kompetisi konstruktif bagi kemajuan bangsa. Bila kita tidak mampu menawarkan sebuah visi yang dapat mempengaruhi seluruh elemen bangsa, maka potensi pluralitas ini malah akan menjadi penyakit yang sangat luar biasa dan mengancam kesatuan dan menghambat kebangkitan Indonesia. PII melalui Falsafah Gerakan dan Khittah Perjuangannya mampu menjadikan pluralitas ini menjadi potensi positif dalam mencerdaskan dan menyatukan keragaman bangsa. PII tidak pernah membeda-bedakan asal daerah dan suku kadernya dalam berkompetisi di lingkunyannya. PII tidak pernah mendiskreditkan salah-satu daerah atau suku dan tidak pernah menempatkan suku dan daerah tertentu pada posisi yang khusus. Bahkan PII yang berasas Islam tidak pernah mempersoalkan mengenai khilafiyah dalam Rumah Tangga Islam. Prinsip inilah yang membuat kader PII tidak pernah mengenal yang namanya konflik agama, ras dan adat-budaya.

Hampir tidak ada kader PII yang terlibat dalam aksi separatisme. Sebaliknya hampir semua kader PII dengan berbagai latar-belakang profesi selalu terlibat dalam upaya integrasi dan pembangunan komitmen kebangsaan.

 Kita sadar betul akan potensi-potensi Indonesia yang sangat besar sehingga Indonesia sebagai negara maju beberapa dasawarsa ke depan bukanlah sebatas mimpi dan imajinasi, namun benar-benar akan terwujud melalui analisa rasional dan objektif ditambah dengan banyaknya gejala yang sedang mengarah ke arah sana.

Mulai dari militer, ekonomi, politik hingga dunia pendidikan, PII telah sangat banyak memberikan sumbangsihnya bagi bangsa ini. Meskipun demikian, PII tidak sama dengan organisasi lain yang suka membesar-besarkan peran dan fungsinya ketika ada kadernya yang menjadi pahlawan bangsa. PII bukan tipe organisasi yang suka mengkultus nama-nama tertentu dari kadernya. Bahkan PII lebih suka menyumbang kader-kadernya ke lembaga jenis apapun agar dia mampu terus senantiasa mengembangkan diri meski kadang-kadang ada beberapa kader PII yang benar-benar melupakan PII sebagai organisasi yang telah membuka matanya dan mengaktifkan nalar kritisnya.

 PII tidak mengenal yang namanya senioritas. Oleh sebab itu, kalaupun ada kader PII yang telah punya posisi strategis di lembaga manapun, kader-kader PII yang usianya jauh lebih muda darinya, tidak segan-segan mengritiknya kalu dia salah dan keliru.

Para kader organisisi lain, terutama sesama organisasi Islam suka menghina PII sebagai organisasi yang tidak becus mengurus kadernya. Komentar ini mereka lontarkan karena mungkin mereka sering menemukan kader PII yang masih aktif di kepengurusan dan belum selesai seluruh jenjang kaderisasinya tidak memiliki kefakihan yang baik. Maklum saja mereka menghardiknya sebab mereka tidak tau bahwa PII lebih suka merekrut pemuda berandalan, bandel dan ugal-ugalan dari pada yang shalih dan shalihat. Kalau mereka sudah faqih, cerdas dan beradab, untuk apa lagi diganggu. Untuk menambah jumlah massa? PII tidak!

PII lebih suka memfungsikan diri seperti bengkel, di mana hanya pemuda yang tidak baik dibaikkan di sini. Jadi kalu mau cari mobil yang bagus jangan cari di bengkel. Kalau mau lihat hasil "reparasi" PII, lihatlah kader-kader PII yang sudah menghabiskan seluruh jenjang kaderisasi PII dan telah menyelesaikan seluruh eselon amanah kepengurusan PII. Dan untuk lebih meyakinkan: bandingkan dia sebelum disentuh PII!
Mentra 58, 18 Desember 2010.

Kamis, 13 Januari 2011

MAJAPAHIT TERNYATA KERAJAAN ISLAM



Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia.
Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakta dan data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul "Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi."
Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara.

Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut.

Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI.

Sejarah yang berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat di masa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini.

Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut.

Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.

Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.

Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan.

Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:

1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata "La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah."

Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur.

Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.

2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.

3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma'rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat.

Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini.

Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.

4. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang Muslim.

Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang Muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya.

Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu.

Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja.

Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja Muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo.

Disamping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang Muslim.

Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit.

Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja.

Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan Gajah Mada.

Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan "La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah" yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang Muslim.

5. Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global.

Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad yang dikatakan sebagai pembalasan terhadap sikap para penguasa Abbasiyah yang seringkali menghina dan menistakan keturunan Rasulullah.

Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu.

Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum Muslim dari Timur Tengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan Allawiyah.

Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranakpinak di tempat ini.

Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaan Nusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.

Iniilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini.

COPAS POSTINGAN KAWAN DI FB

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...