selamat berjihad kawan-kawan PII senusantara.. lahirkan kader-kader pemersatu ummat pejuang syariah.. semoga training liburan ini sukses..

Minggu, 16 Januari 2011

KOMITMEN KE-INDONESIA-AN PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

Telah sangat banyak yang diberikan organisiasi Pelajar Islam Indonesia (PII) yang lahir 1947 ini pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam masa Revolusi Fisik, PII telah banyak menyumbangkan kadernya dalam menumpas pasukan sekutu. Demikian pula dalam usaha memberantas Komunisme di Indonesia, PII menjadi salahsatu garda depan. Meskipun PII dianggap illegal oleh pemerintah selama kurang lebih satu dasawarsa, sejak pertengahan 1980-an hingga 1990-an karena menolak UU Kepemudaan yang mewajibkan seluruh organisasi kepemudaan menjadikan Pancasila sebagai asas organisasi, PII tetap berkontribusi dalam kaderisasi guna menyiapkan pemimpin bangsa yang teguh dengan prinsip-prinsip Islam, kepedulian terhadap dinamika dan persoalan ummat serta intelektualitas tinggi.

 Berkat perjuangan yang tidak kenal lelah sejak awan kebangkitannya PII telah mampu menyumbangkan kader-kader terbaiknya di segala lini perpolitikan, kewirausahaan, militer, dunia pendidikan dan banyak bidang lainnya. Menyebarnya kader-kader PII ke hampir semua bidang diharapkan mereka mampu menjalankan tugas di bidang masing-masing guna mengusahakan Indonesia ke arah yang lebih baik.

 Sejak awal perekrutannya, PII senantiasa mendoktrinkan tiga komitmen pada kadernya yaitu komitmen kepelajaran, keislaman dan keindonesiaan. Indonesia sebagai negara besar secara geografis selain memiliki potensi sumber daya alam yang kaya juga memiliki potensi sumberdaya manusia yang cerdas ulet dan kompeten. Bila semua potensi yang dimiliki bangsa ini dikelola dengan baik, kita yakin bahwa Indonesia dengan cepat akan berubah menjadi negara maju, jauh meninggalkan negara-negara adidaya sekarang.

 Pengelolaan atas aset bangsa yang kaya haruslah diamanahkan pada sosok-sosok yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat serta memiliki prinsip dasar yang teguh. Terutama, mereka harus memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Dan PII, mampu dan telah terbukti, menghasilkan segudang kader yang memenuhi indikator yang dimaksud.

 Persoalan yang dihadapi rakyat tidak mampu ditangani pemerintah secara seksama adalah kurangnya para pengelola pemerintahan memiliki kepekaan terhadap penderitaan yang dihadapi rakyat. Dalam mengatasi hal ini, PII sejak dini membiasakan kadernya bersentuhan langsung dengan rakyat.

 Nasi ummat adalah makanan yang paling populer dalam konsumsi training-training PII. Tujuannya adalah agar sejak awal kader-kader tau bahwa mereka telah mengisi perut mereka yang lapar dari hasil keringat dan jerih payah ummat secara langsung. Nasi ummat lebih dari sekedar makaan penghilang lapar. Nasi ummat adalah sebuah majelis dimana pelajar yang kelak menjadi pemimpin ummat melihat dan mendengarkan langsung derita dan perderitaan ummat dan nasi itu adalah cinta di dalam bungkusan.

Seorang pemimpin agar dapat benar-benar mengurusi rakyatnya haruslah dia memiliki kepekaan emosional terhadap persoalan ummat hingga sedetail mungkin. Selain itu dia juga harus mengetahui cara jitu mengatasi aneka problematika mereka. Mungkin hal inilah yang membuat pihak rektorat perguruan tinggi mengadakan KKN untuk mahasiswanya. Namun KKN orientasinya hanyalah nilai. Mahasiswa yang dilepaskan ketengah masyarakat itu tidak memiliki landasan prinsip yang teguh dan miskin visi. Sehingga KKN hanya menjadi bagian dari target akademik semata.

 PII sejak awal telah menanamkan prinsip-prinsip Islam yang teguh ke dalam dada setiap kadernya. Prinsip kesatuan antar ummat Islam itu seperti satu anggota tubuh: bila satu bagian terluka, seluruhnya merasakan sakitnya. PII juga memiliki visi yang jelas yaitu membentuk sebuah kebudayaan yang sejahtera dan damai. PKP merupakan ajang kader-kader PII melihat dan ikut merasakan langsung bagaimana pahit-getirnya penderitaan ummat. Kader PII yang ikut menyatu dengan ummat dalam ajang PKP memiliki kepakaan yang luarbiasa terhadap penderitaan ummat tergugah hatinya, tergerakkan badannya untuk bertindak mensolisikan aneka persoalan mereka. Bermodalkal intelegensia tinggi, kader PII tahu akar sebab penderitaan ummat. Dengan jiwa kepemimpinan yang ditanamkan, mereka dapat merebut posisi-posisi strategis di berbagai bidang sehingga dapat menghapuskan seluruh persoalan ummat dengan efektif dan efesien.

 Primordialisme adalah penyakit parah yang dapat mengancam kemajuan sebuah negara yang paling majemuk di dunia yaitu Indonesia. Pluralitas suku dan kebudayaan haruslah menjadi peluang kompetisi konstruktif bagi kemajuan bangsa. Bila kita tidak mampu menawarkan sebuah visi yang dapat mempengaruhi seluruh elemen bangsa, maka potensi pluralitas ini malah akan menjadi penyakit yang sangat luar biasa dan mengancam kesatuan dan menghambat kebangkitan Indonesia. PII melalui Falsafah Gerakan dan Khittah Perjuangannya mampu menjadikan pluralitas ini menjadi potensi positif dalam mencerdaskan dan menyatukan keragaman bangsa. PII tidak pernah membeda-bedakan asal daerah dan suku kadernya dalam berkompetisi di lingkunyannya. PII tidak pernah mendiskreditkan salah-satu daerah atau suku dan tidak pernah menempatkan suku dan daerah tertentu pada posisi yang khusus. Bahkan PII yang berasas Islam tidak pernah mempersoalkan mengenai khilafiyah dalam Rumah Tangga Islam. Prinsip inilah yang membuat kader PII tidak pernah mengenal yang namanya konflik agama, ras dan adat-budaya.

Hampir tidak ada kader PII yang terlibat dalam aksi separatisme. Sebaliknya hampir semua kader PII dengan berbagai latar-belakang profesi selalu terlibat dalam upaya integrasi dan pembangunan komitmen kebangsaan.

 Kita sadar betul akan potensi-potensi Indonesia yang sangat besar sehingga Indonesia sebagai negara maju beberapa dasawarsa ke depan bukanlah sebatas mimpi dan imajinasi, namun benar-benar akan terwujud melalui analisa rasional dan objektif ditambah dengan banyaknya gejala yang sedang mengarah ke arah sana.

Mulai dari militer, ekonomi, politik hingga dunia pendidikan, PII telah sangat banyak memberikan sumbangsihnya bagi bangsa ini. Meskipun demikian, PII tidak sama dengan organisasi lain yang suka membesar-besarkan peran dan fungsinya ketika ada kadernya yang menjadi pahlawan bangsa. PII bukan tipe organisasi yang suka mengkultus nama-nama tertentu dari kadernya. Bahkan PII lebih suka menyumbang kader-kadernya ke lembaga jenis apapun agar dia mampu terus senantiasa mengembangkan diri meski kadang-kadang ada beberapa kader PII yang benar-benar melupakan PII sebagai organisasi yang telah membuka matanya dan mengaktifkan nalar kritisnya.

 PII tidak mengenal yang namanya senioritas. Oleh sebab itu, kalaupun ada kader PII yang telah punya posisi strategis di lembaga manapun, kader-kader PII yang usianya jauh lebih muda darinya, tidak segan-segan mengritiknya kalu dia salah dan keliru.

Para kader organisisi lain, terutama sesama organisasi Islam suka menghina PII sebagai organisasi yang tidak becus mengurus kadernya. Komentar ini mereka lontarkan karena mungkin mereka sering menemukan kader PII yang masih aktif di kepengurusan dan belum selesai seluruh jenjang kaderisasinya tidak memiliki kefakihan yang baik. Maklum saja mereka menghardiknya sebab mereka tidak tau bahwa PII lebih suka merekrut pemuda berandalan, bandel dan ugal-ugalan dari pada yang shalih dan shalihat. Kalau mereka sudah faqih, cerdas dan beradab, untuk apa lagi diganggu. Untuk menambah jumlah massa? PII tidak!

PII lebih suka memfungsikan diri seperti bengkel, di mana hanya pemuda yang tidak baik dibaikkan di sini. Jadi kalu mau cari mobil yang bagus jangan cari di bengkel. Kalau mau lihat hasil "reparasi" PII, lihatlah kader-kader PII yang sudah menghabiskan seluruh jenjang kaderisasi PII dan telah menyelesaikan seluruh eselon amanah kepengurusan PII. Dan untuk lebih meyakinkan: bandingkan dia sebelum disentuh PII!
Mentra 58, 18 Desember 2010.

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...