selamat berjihad kawan-kawan PII senusantara.. lahirkan kader-kader pemersatu ummat pejuang syariah.. semoga training liburan ini sukses..

Rabu, 29 Desember 2010

REFLEKSI PSIKOLOGI PERJUANGAN..


REFLEKSI PSIKOLOGI PERJUANGAN..
Mukoddimah
Bismillahirrahmanirrahiim.

Alhamdulilah segala puji syukur kepada alloh SWT tuhan semesta alam atas nikmat yang ditempakan dan yang dirasakan berupa suatu sikap dan perbuatan yang selalu mawas diri untuk mengoreksi. serta evaluasi kesadaran terhadap apa yang telah kita perbuat dan kita lakukan, semoga semakin membawa kepada kita kebaikan dikemudian hari.

Refleksi sebagai upaya menuju kemantapan psikologi perjuangan.
Barang kali kita melihat kembali ada peristiwa apa 60 tahun yang lalu? Mungkin pertanyaan ini tidak perlu untuk dijawab bagi siapapun yang membaca, kecuali bagi penulis sendiri yang merasa begitu penting peristiwa itu. Paling tidak tulisan ini akan menjadi catatan pribadi yang akan selalu dikenang dikemudian hari kelak ketika sudah berambut putih yang akan selalu dibuka untuk mengingatkan romantismenya ketika masih berada dalam sangkar perjuangan dalam upaya mewujudkan visi yang kata ghoesdy ghozali adalah izzul islam wal muuslimin itu bisa diterjemahkan bahkan di aplikasikan dalam kehidupan, sehingga kemakmuran adil sentosa, limpah ruah lok jinawe, atau dalam kalangan dedengkot jawa adalah adem ayem hidup dalam ketemtraman benar-benar dirasakan bukan hanya sekedar mimpi takhayul yang tidak terwujud.

Kesadaran dalam melaksanakan aktifitas yang merupakan perintah tuhan yang berupa ibadah tak kecuali solat, puasa, haji serta zakat sesungguhnya itu hanya merupakan bentuk kesadaran diri bahwa hamba adalah makhluk yang tunduk kepada sang kholik. Sadar melaksanakan perintah tuhan merupakan value (nilai) yang tidak setiap orang dapatkan, karena akan melalui proses keragu-raguan untuk mencapai kemantapan psikologis dan kearifan dalam bertindak sehingga berdampak terhadap aktifitas ibadah yang dijalankan. Kesadaran mengambil sikap yang penuh dengan resiko adalah suatu keharusan bahkan kewajiban bagi sipapun tak terkecuali ghoesdy ghozali yang dengan pikiranya Ia mampu untuk berpikir dengan jernih terhadap problem kebangsaan, yang dengan kemantapan psikologisnya ia mampu melewati tekanan-tekanan yang datang dari berbagai sudut yang terkadang membuat ia ragu dalam bersikap toh itu ia (Joesdy ghozali) mampu melewatinya. Adalah merupakan satu bukti dari kemantapan joezdy ghozaly.

Barangkali kali saja sebuah tindakan nyata dari keinsafan akan tanggung jawab sebagai warga Negara untuk peduli terhadap nasib bangsanya, dan barangkali sebuah kesadaran untuk bertanggung jawab terhadap tuhan yang maha esa untuk selalu berjuang dan beribadah dijalanya sehingga perenungan adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan sebelum bertindak. Perenungan Joesdy ghozali yang penuh kehusyu’an dan dengan penuh berserah diri kepada tuhan, inilah yang menyebabkan perubahan besar terhadap cara berpikir yang mampu mempengaruhi dalam sikap serta tindakan untuk selalu memberikan kontribusi terhadap problem kebangsaan sebagai jalan untuk berjihad dalam memperjuangkan kebenaran. Perenungan joesdy ghozali telah membuktikan pada bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia dari sabang sampai merauke bahwa perubahan adalah sebuah keharusan bagi setiap bangsa ketika bangsa itu di jajah dan tidak merdeka. Bangsa Indonesia harus “merdeka” dan ke-merdekaan-adalah hak bagi setiap pemuda untuk memperjuangkannya termasuk kemerdekaan bangsa Indonesia yang harus diperjuangkan oleh kaum muda.

Relitas Negara dan idealisme perjuangan.
Tahun 1947 tepatnya jam 10 pagi pada hari jum’at tanggal 4 mei menjadi bukti dari keperkasaan pemuda Indonesia karena disitulah tekad bulat untuk memberikan konribusi terhadap problem kebangsaan telah terbukti dengan di bentuknya Pelajar Islam Indonesia (PII). Terbentuknya Pelajar Islam Indonesia (PII) telah menjadi saksi keperkasaan pemuda Indonesia dalam kesungguhan mengamalkan ajaran nilai (value) islam yang disebutkan dalam salah satu surat alqur’an yang artinya berbunyi “tuhan tidak akan merubah nasib bangsa kecuali bangsa itu sendiri yang akan merubahnya”

Aktualisasi ajaran islam ini kemudian mengkristal menjadi suatu value (nilai) yang terus diperjuangkan dalam upaya untuk membekali setiap kader ummat dan kader bangsa untuk menjalankan amanahnya dalam berjuang dan berjihad serta berdakwah demi tercapainya izzul islam waal muslimiin (kejayaan islam dan ummat muslim) di permukaan dunia. Butuh strategi dan metode untuk mewujudkanya “izzul izlam waal muslimiin”sehingga aplikasinya bisa diterima oleh siapapun.

Sulit bagi bangsa Indonesia untuk memberikan rasa aman bagi rakyatnya apalagi memberikan jaminan atas penghidupan yang layak bagi segenap rakyat idonesia, itu disebabkan karena bangsa Indonesia yang baru saja merdeka sedang menghadapi masalah besar menyangkut eksistensi Negara di mata dunia, sehingga membutuhkan perhatian yang serius. Adanya disintegrasi bangsa, kasus madiun ditambah dengan banyaknya daerah-daerah yang meminta diri untuk melepaskan diri dari bangsa Indonesia dengan tujuan untuk menjadi Negara yang independent menjadikan tambahan masalah yang serius bangsa Indonesia. Persoalan bentuk pemerintahan Negara yang sering kali bergonta-ganti yang berdampak ketidak efisien laju gerak pemerintah telah membuyarkan bentuk Negara RI sehingga sukarno (presiden waktu itu) mengelurkan dekrit presiden pada tahun 1959 yang dengan tegas menyatakan bahwa bentuk Negara sudah final yaitu dengan kembalinya ke UUD 45 maka jelaslah sudah bahwa Negara kita adalah Negara kesatuan republic Indonesia.

Situasi bangsa yang tidak menentu direspon dengan baik oleh Pelajar Islam Indonesia (PII) dengan cara membentuk strategi perjuangan dengan melibatkan diri untuk membela dan mempertahankan Negara dari ancaman manapun baik ancaman yang datang dari bangsa indonesia, maupun yang dari luar dan juga ancaman yang datang dari kelompok (daerah) separatis gerakan yang ingin membuat kekacauan dengan tujuan untuk melepaskan diri menjadi bangsa yang merdeka dan juga masalah yang datang dari kelompok gerakan komunis yang ingin mendirikan negara komunis di Indonesia. Berkembangnya ideology komunis di Indonesia akan membahayakan situasi bangsa, apalagi Indonesia merupakan jalur lalulintas penyebaran ajaran komunis didunia. Fenomena madiun di jawa timur adalah upaya kaum komunis untuk menyebarkan ajaranya dengan cara mengacaukan situasi bangsa dengan cara melakukan kekerasan, Bangsa indonesia menangkap bahwa penyebaran ajaran komunis di jawa timur sebenarnya tidak hanya semata-mata menyebarkan ajaran komunis tetapi lebih dari itu yaitu bagaimana bahwa komunis mampu menjadi dasar Negara artinya bahwa kaum kmunisnis menginginkan dasar Negara RI adalah komunis. Sehingga komunis harus dibrantas, sebagai bentuk kesungguhannya maka bangsa Indonesia mengerahkan tentaranya untuk membrantas dan membumi hanguskan. Sehingga komunis benar- benar hancur dan lari dari bangsa Indonesia. Pelajar islam Indonesia merasa terpanggil dan bergetar hatinya untuk berjihad membela bangsanya yang sedang berada dalam ancaman kehancuran. Dibentuk nya brigade pelajar islam Indonesia adalah bentuk nyata dari kepedulian serta pembelaan dan perjuangan dalam membela Negara dari ancaman yang datang dari komunis, dengan bergabung dan melebur bergabung ke tentara TNI untuk menumpas muso dan antek-antek komunis indonesia di madiun pada tanggal 18 september 1948, gugurnya komandan brigade madiun suryo sugito telah meng insafkan kepada seluruh kader-kader PII setanah air bahwa berjuang membela negara adalah wajib. Peristiwa inilah yang kemudian dikenal sebagai peristiwa lahirnya brigade sebagai pasukan PELAJAR JIHAD PII. Pada dekade inilah pula sterategi untuk merumuskan gerakan keluar negeri sebagai suatu gerakan dalam memperjuangkan hak-haknya sebagai pelajar untuk mendapatkan kemerdekaan dalam mencari ilmu pengetahuan, tetapi yang paling penting bahwa terbentuknya jaringan pelajar keluar negeri adalah suatu upaya strategi bagi PII untuk membangun negara dengan membangun citra bahwa pelajar indonesia setaraf dengan pelajar dunia sehingga bisa berkompetitif dalam kancah dunia intenasional, Adapun jaringan yang di rintis adalah di swiss oleh s arifin, di mesir oleh shawabi, di pakistan oleh mukti ali, philipina oleh ilyas ismail dan amerika oleh h muhammad. Di era inilah perwakilan luar negeri pelajar indonesia ikut terlibat dalam muktamar pemuda islam se dunia (internasional asembly of muslim youth) ajang ini dipakai untuk membuktikan kepada dunia bahwa indonesia sudah merdeka dan akan menjadi bangsa yang besar yang akan menjadi bangsa yang diperhitungkan didunia.

Pada dekade 1960 an situasi politik bangsa indonesia mulai menghangat, kondisi ummat islam dan rakyat indonesia tertindas dari berbagai arah, sehingga membuat ummat islam dan rakyat indonesia tidak merdeka dan tertekan oleh situasi politik yang tidak menentu. Bangkitnya PKI untuk balas dendam atas kekalahan pada peristiwa madiun, di cetuskanya konsep NASAKOM dan MANIPOL USDEK oleh soekarno (presiden waktu itu) semakin memper parah politik bangsa dan memper buruk kehidupan ummat dan rakyat indonesia. Dengan modal jaringan yang dipunyai, PII semakin mempertegas gerakan dakwahnya, memantapkan strategi pelajar dalam berjuang adalah membangun gedung dengan pondasi yang kokoh sehingga menjadi gedung yang kuat dan gagah.

PII sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ummat islam indonesia, melihat kondisi kehidupan Ummat dan rakyat indonesia sedang tertindas maka PII merapatkan barisan menyusun strategi gerakan dengan menyatukan kekuatan pelajar dan pemuda, berusaha berperan aktif untuk mengambil langkah-langkah untuk menangkal usaha-usaha PKI beserta antek-enteknya. Begitu pula NASAKOM dan MANIPOL USDEK nya pun tidak luput dari sasaran PII untuk di brantas dan dibumi hanguskan. Dalam dokumen PKI di nyatakan bahwa PII adalah musuh yang harus di tangani secara serius sebelum melawan negara, maka dari itu di bentuklah IPPI yang merupakan Ormas PKI sebagai strategi untuk menghancurkan PII. Peristiwa kanigoro merupakan bentuk keberhasilan PKI membrantas PII dengan cara mengerahkan 3000 an masa untuk meng gagalkan training yang diadakan oleh PII jawa timur pada tanggal 13 januari 1965. penyerbuan ini jelas menyakiti ummat islam dan rakyat kecil karena telah menghina islam dengan cara menginjak-injak al Qur’an membuang sajadah pulpen dan alat alat training serta seluruh isi masjid pun ikut di bumi hanguskan mengingat peristiwa itu dilakukan pada waktu sholat shubuh.

Pada dekade ini peran PII sebagai alat perjuangan sangat terasa sentuhanya, baik pada pola gerakanya maupun pada pola pembinaannya. Pola gerakan PII juga diarahkan untuk menghimpun kekuatan ummat dengan tujuan untuk menumbang rezim komunis. Maka dengan bersama-sama kekuatan ormas islam lain yang tentunya masih konsisten dengan perjuangan islam, terutama dikalangan pemuda dan pelajarnya. PII memperkarsai pembentukan kesatuan aksi pemuda pelajar indonesia (KAPPI) dan terpilihlah muhammad husni thamrin sebagai perwakilan dari PII. Kappi sangat efektif dalam upaya memobilisasi hingga sampai pada tumbangnya rezim soekarno yang lebih populer sebagai rezim orde lama (orla). Disinilah PII memantapkan gerakanya dan menemukan strategi gerakan yang merakyat dan ideologis karena disinilah substansi dari dakwah bisa terwujud, dan yang penting adalah dengan semakin matangnya strategi gerakan pelajar akan semakin menambah catatan manhaj perjuangan Pelajar islam dalam mahkamah sejarah.

PII dan tekanan orde baru.
Setelah rezim orde lama (ORLA) tumbang maka disambut dengan kehadiran rezim orde baru (ORBA), harapan semakin segar bagi kehidupan berbangsa dan bertanah air, dan tentunya akan membawa harapan baru bagi dunia gerakan baik gerakan sosial maupun gerakan keagamaan. Dan tentunya lahirnya orde baru akan mampu untuk menciptakan sistem politik rakyat dan akan berdampak terhadap semakin membaiknya iklim demokrasi di indonesia. Namun yang terjadi justru sebaliknya orba dengan kekuatan yang didominasi ABRI malah seringkali melakukan rekayasa kehidupan berbangsa dan bertanah air yang maha dahsyat dengan melakukan depolitisasi dan deideologisasi. Depolitisasi yang dilakukan orba dengan tujuan untuk memusatkan pemerintahan berada pada satu tangan sehingga kekuatan masa bisa dikendalikan (One Political Sistem). Dengan ini pula maka pembinaan generasi muda berada dalam pengawalan dan kontrol pemerintah dengan melakukan rekayasa-rekayasa. Golkar sebagai perpanjangan tangan dari orba mengambil tindakan untuk melakukan likuidasi terhadap gerakan pemuda dan pelajar sehingga di ciptakan lah OSIS sebagai satu-satunya organisasi pelajar begitu pula dengan mahasiswa yang dibatasi ruang gerak nya sehingga mahasiswa tidak bisa berbuat banyak dengan cara membentuk konsep normalisasi kehidupan kampus / badan koordinator kampus pada tahun 1979, begitu pula dengan kekuatan pemuda yang tidak bisa bergerak karena orba telah membentuk KNPI sebagai satu-stunya organisasi kepemudaan.

KNPI jelas dilahirkan dengan paksa oleh pemerintah dan ini membuktikan ketidak demokratisnya kehidupan berbangsa dan bertanah air, maka dari itu PII mengambil sikap untuk tidak terlibat dalam pembinaan yang dilakukan oleh KNPI dan lebih memilih untuk melakukan pembinaan mental dan kepemimpinan melalui medan training, karena KNPI merupakan wahana aspirasi kaum muda yang dimanfaatkan oleh pemerintah demi kepentingan politik semata.

Di era inilah PII dihadapkan dengan satu kekuatan pemerintah yang cukup membuat klabakan bagi PII untuk berjuang dan berjihad membela yang benar, karena pemerintah mencanangkan azaz tunggal yang mana seluruh organisasi harus berinduk dan berazazkan pancasila sementara PII mengambil sikap untuk menolak pancasila sehingga berdampak terhadap gerakan PII yang bergerak dibawah tanah. Dengan penolakan terhadap undang-undang keormasan maka PII dianggap organisasi yang ilegal sehingga harus dibrantas dan di bumi hanguskan. Padahal kalau dipahami lebih dalam bahwa sesungguhnya pemerintah ORBA pada dasarnya takut pada kekuatan islam termasuk kepada PII yang dinilai akan membahayakan negara. Dengan insaf dan sadar PII menatap masa depan dengan mengmbil langkah untuk terus melakukan gerakan dengan melakukan pembinaan kader-kader nya melalui training yang diadakan di daerah-daerah walaupun dengan umpet-umpetan karena selalu di curigai oleh pemerintah sehingga sering dijumpai training pii yang sering gonta-ganti tempat ini dilakukan sebagai akibat dari penolakan terhadap AZAZ TUNGGAL. Dan model gerakan ini yang paling efektif dan strategis dalam gerakan PII walaupun disadari bahwa model ini berdampak terhadap semakin menurunya jumlah PD dan PK sehingga kader-kader PII nasional pun akan semakin berkurang. Kondisi ini berlanjut hingga menjelang lahirnya era formalitas yang disebut-sebut dengan era reformasi yang lahir pada 1998 dan menjadi akhir dari era ORBA.

Era baru ini berdampak terhadap gerakan yang formal, sehingga menuntut PII untuk bergerak dalam keterbukaan. Cukup kaget dan sok bagi PII untuk bergerak sesuai dengan kondisi zaman yang berubah begitu cepat. Aspek ideologis tidak penting dalam era ini, namun bagi PII yang sejak awal berdirinya lebih mengutamakan ideologis dari pada kepentingan semata. Berubahnya zaman menuntut pula strategi perjuangan PII. Di era ini strategi PII lebih mengutamakan pembinaan kader dengan tujuan kader yang diciptakan nantinya akan siap bertempur untuk menegakan kebenaran dan yang jelas adalah kader akan siap selalu ketika di butuhkan masyarakat sehingga karya dan perjuangan PII lebih terasa manfaatnya. Dengan panduan ta’dib sebagai pedoman untuk menamkan nilai-nilai keislaman serta pembinaan kepemimpinan akan senantiasa selalu untuk di tegakan demi khilafah kaffa
h di negeri ini.
( anonymous )

Selasa, 14 Desember 2010

MOBILISASI MASSA MENUJU REVOLUSI ABADI ( versi pelajar jalanan )

Tugas inti kita pada dewasa ini ialah memobilisasi massa luas agar mereka turut serta dalam perang revolusioner untuk merobohkan imperialis dan Kuomintang (KMT),  memperluas revolusi keseluruh negeri dan mengusir imperialis keluar dari Tiongkok. Barang siapa memandang rendah terhadap tugas inti ini, ia bukanlah seorang pekerja revolusioner yang baik. Jika kawan-Kawan kita dapat meninjau tugas inti itu dengan jelas, dan mengerti bahwa bagaimanapun juga revolusi harus diperluas sampai keseluruh negeri, maka sedikitpun kita tidak harus mengabaikan dan memandang rendah terhadap Masalah kepentingan massa luas yang langsung mengenai dirinja dan Masalah penghidupan massa. Karena perang revolusioner adalah perang massa, maka hanja dengan jalan memobilisasi massa dan hanya dengan menyandarkan diri kepada massa, barulah perang itu dapat dijalankan.
-Mao Zedong-

revolusi adalah perubahan secara cepat, begitulah guru sosiologiku menerangkan, saat kegetiran melanda rakyat, ketika mustadh'afin menjual keringatnya dengan murah pada kaum aghniya, ketika anak kecil menjual suaranya bahkan dirinya hanya untuk melanjutkan umurnya, otakku menuntut sebuah revolusi, revolusi akbar.

65 tahun negri ini telah lepas dari cengkraman kolonial, 10 tahun sudah reformasi telah menumbangkan pemimpin otoriter penghambat kemajuan. tapi tak ada perubahan besar kearah positif yang terjadi. anak-anak muda masih melacurkan dirinya pada kekuatan penguasa, jutaan masyarakat berlomba menjadi babu negara, ribuan buruh masih menjadi santapan lezat kaum bangsawan, hipnotis rezim penguasa telah mengusai hampir seluruh rakyat tertindas.

hatta yang merestui bahwa banyak partai politik adalah solusi dari keberagaman rakyat Indonesia telah terbantah dengan realitas masa kini dimana ungkapan "yang kaya makin kaya, yang miskin menunggu mati" masih ter-integral-kan dengan kehidupan nyata saat ini.

semerbak wewangian Revolusi telah merasuk kedalam paru2 perjuangan, tapi banyak kendala dalam tindak realnya, banyak buruh yang telah lelah, banyak tani yang sudah bosan dengan perjuangan dan banyak kader2 anak bangsa yang telah terhipnotis "indahnya kaptalis" yang secara cepat membunuh mustadh'afin.

tetapi memiliki jiwa phobia pada kebenaran dan yakin bahwa kebenaran telah usang untuk diperjuangkan adalah sebuah penyakit peradaban.

dalam menemukan hadirnya revolusi secara cepat Muhammad telah menginspirasi kita, dimana ia terus menerus memobilisasi massa secara cepat dimulai dari keluarga dekat, kaum aghniya yang tersadarkan sekaligus buruh (budak) yang telah jengah dengan penindasan.

itulah sesuatu yang telah hilang dalam benak kita "mobilisasi massa", ditanah arab yang gersang serta membuat rakyatnya menjadi ganas Muhammad mampu menjadi embun penyejuk, dengan jiwa kesejukannya ia telah dapat memobilisasi massa menuju sebuah peradaban mulia. 

disini penulis hanya ingin menyampaikan gagasan Revolusi versi penulis.

1. Islam merupakan sistem utuh yang mengatur kehidupan manusia, tentunya Islam itu harus kita "telanjangi" dahulu, Islam yang belum tercampur budaya2 yang dipaksakan sama dengan Islam, Islam yang masih utuh dengan "bugilnya" masih dalam keadaan sucinya, setelah itu telah selesai mari kita lanjutkan ketahap berikutnya.
  
2. mobilisasi massa kaum bangsawan, konsolidasi aktif dengan kaum bangsawan yang mempunyai "kunci" mengubah sistem hukum, jikalau tidak mampu mari kita ciptakan calon-calon pengganti bangsawan dan kita olah secara permanen "agen-agen" ini, tak boleh sedetikpun agen ini terlepas dari penguasaan kita, dan ketika nanti agen ini telah mencapai derajat bangsawan dengan mudah motor ini kita gerakan dengan laju cepat menuju Revolusi Islam.

3. menguasai aghniya ( pemodal ), kapitalisme telah mengenyangkan perut aghniya tetapi membuat mereka resah dan tak bahagia. inilah celah kita untuk merangsek kedalam sistem menguasai aghniya yang telah skeptis pada arti kebahagiaan agar bergabung dengan kehendak kita. mereka adalah penggerak perubahan dan menjadi pemodal revolusi Islam.
dalam teknisnya seperti penghimpunan modal bagi rakyat yang mempunyai kreasi, memodalkan aksi-aksi perjuangan, dan lain sebagainya

4. menguasai kaum mustadh'afin. rakyat miskin yang telah terjajah jiwa dan raganya oleh kaum kolonial, kapitalis imperialis. mustadh'afin merupakan kaum yang mudah tersulut semangatnya, mereka adalah kaum inti pergerakan Revolusi.

pertanyaan :

1. sudahkah kita membangun Islam "telanjang" dalam diri kita??
berlanjut ke keluarga, RT, RW, Kelurahan dan sampai jenjang tertinggi.

 2. sudahkah kita membuat sekolah rakyat Islam ??
tentunya yang dalam sistemnya menjunjung nilai-nilai hak Islam yang menghendaki revolusi Islam sebagai jawaban hegemoni kapitalis-liberalis, sekolah yang memiliki sistem Islam "telanjang" yang belum teregradasi oleh nilai-nilai kapital-liberal yang mengaminkan pembobrokan Islam.

3. sudahkahkah kita menghimpun sistem Islam sebagai pengganti sistem Kapital-liberal yang membodohkan manusia dan merusak alam??
tentunya semua ini hanya akan lahir ketika kita menghilangkan sikap skeptis pada kebenaran dan menggantinya dengan kepercayaan penuh pada Islam sebagai sistem pembebas.

setelah itu tak kan teringkari suatu saat tentara Indonesia akan berada di semenanjung kuba bersama rakyatnya menjalin latihan militer bersama mengahancurkan kebiadaban amerika, suatu saat akan berkibar bendera indonesia di negara palestina sebagai jawaban atas runtuhnya kezdaliman zionis. suatu saat masyarakat melayu berada dikanada menjadi rektor perguruan-perguruan tinggi, akan menjadi professor unggul di jepang, dan akan menjadi ulama besar ditimur tengah.





al-amanah ( 14 desember 2010 )
yazid sang pelajar jalanan


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...