Pelajar Islam Indonesia (PII) ada karena Islam. PII hadir untuk mendakwahkan Islam kepada ummat. PII adalah organisasi yang mencita-citakan tegaknya Islam di muka bumi. PII tidak mengenal perbedaan mazhab dan aliran pemikiran dalam Islam. Bahkan PII lahir karena ingin menyelesaikan pertengkarang perbedaan pemikiran dalam internal Islam. Awalnya PII lahir untuk menjembatani perselisihan dan pertikaian antara pelajar sekolah dengan santri pondok pesantren. Santri pondok pesantren menuduh mereka yang sekolah adalah mereka yang kafir karena menuntut ilmu dari penjajah. Doktrin ini memang merasuk bagi santri sebab mereka sejak dini telah ditanamkan kebencian pada Belanda dan segala prilaku-prilaku yang berkaitan dengan mereka. Padahal anak sekolah saat itu tidak lagi ada hubungannya dengan Belanda, namun karena sistem dan simbolnya masih sama, lahir klaim dari santri. Pelajar sekolah melihat mereka yang menuntut ilmu di pondok pesantren takkan mampu memberikan apaun bagi masa depan bangsa sebab mereka hanya mempelajari kitab-kitab yang sama sekali tidak mampu menjawab tantangan zaman. Nah, perselisihan inilah yang membuat para penggagas PII terinspirasi untuk melahirkan sebuah organisasi yang mampu menjembatani perbedaan pola pikir kedua kelompok ini serta dapat menyatukan mereka. Sebab, mereka berfikir, dengan usia kemerdekaan yang baru seumur jagung, akan menjadi ancaman besar bagi masa depan bangsa bila pelajar yang menjadi penentu arah bangsa di masa depan telah bertikai, membuat sekte dan berkubu. Lebih dari itu: saling membenci dan memaki serta selalu menghidupkan api dendam. PII lahir.
Islam yang didakwahkan PII adalah Islam yang murni dari Al-Qur’an dan Hadits yang terpercaya. PII tidak mengenal perbedaan mazhab, aliran, ras dan suku bangsa. PII mencita-citakan tegaknya Islam yang bebas dari pertengkaran mazhab dan perbedaan pemikiran keagamaan. PII mengajak kadernya untuk (i)mengimani Islam; (ii)mengilmui/mengkaji; (iii)mengamalkan serta (iv)mendakwahkannya.
Iman
Allah SWT memerintahkan kaum muslim untuk mengimani Islam dengan benar dan mendalam, tidak menyekutukan Allah dengan sebarang sesuatu apapun. Iman adalah hal pokok dan paling utama dalam ber-Islam. Islam tidak mengedepankan itelektualitas dan kearifan yang berasal dari barat dan timur. Islam mengutamakan iman yang dibuktikan dengan:
“Kebajikan itu bukan menghadapkan wajah ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan adalah (kebajikan)orang yang beriman kepada Allah, hari akhir malaikat-malaikat,kitab-kitab dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan masa-masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)
“Takwa adalah melaksanakan sesuatu seakan-akan engkau melihat Allah. Dan bila tidak, maka ketahuilah bahwa Dia senantiasa melihatmu” kata Rasulullah Saw. Jadi iman adalah bekal agar kita tahan terhadap segala macan ujian dan penderitaan. Pada kesempatan yang lain Allah menegur orang-orang yang mengaku telah beriman padahal mereka belum diuji dengan segala macan penderitaan sebagaimana Allah telah menguji orang-orang sebelum mereaka. Selain untuk tahan dari segala macam ujian. Iman juga sebagai dasar bagi kita untuk melaksanakan segala macam ibadah yang telah diperintahkan Allah SWT dan yang telah di anjurkan Rasululllah Saw.
Ilmu
Allah SWT tidak akan menerima ibadah apapun dari hambanya kalau ibadah yang dia lakuka itu tanpa didasari pengatahuan yang benar. Ibadah tanpa ilmu akan tertolak. Meskipun pengamalan sesuatu lebih penting dari pengetahuan akannya, Namun tanpa didasari pengetahuan, pengamalan itu akan sia-sia. Ilmu memiliki posisi yang sangat sakral dalam Islam. Islam mengumpamakan orang yang berilmu dengan yang tidak seperti orang yang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Orang yang pintar, kata Rasulullah Saw, adalah mereka yang senantiasa mengingat akan kematian orang yang cerdas adalah mereka yang selalu mempersiapkan bekal bagi kamatiannya.
Allah SWT mewahyukan, bahwa hanya orang-orang yang berilmu saja yang selalu mengingat Allah baik sembari dia berdiri, duduk maupun berbaringnya. Mereka yang berilmu selalu merenungkan setiap kejadian alam semsta: baik itu pergantian siang dan malam; bahtera yang berlayar di autan maupun fenomena-fenomena alam yang lain.
Amal
Islam adalah agama yang mengutamakan pengamalan dari sekedar pengetahuan. Perbedaan orang yang beriman dengan yang kafir adalah pada cara mereka merespon musibah serta ada tidaknya mereka mengamalkan perintah-perintah Allah serta ajaran-anjuran nabinya. Pengamalan harus dilandasi dua perkara yaitu keilmanan atau benar-benar tulus niatnya untuk mendapat ridha Allah SWT dan memiliki bekal pengetahuan akan apa yang diamalkannya.
II.2.d Dakwah
Pernyataan-pernyataan yang menyerukan AGAMA ADALAH URUSAN PRIBADI adalah pernyataan yang sesat dan menyesatkan. Hal ini benar-benar bertentangan dengan prinsip dan ajaran Islam. Islam memerintahkan kita untuk beramal serta mendakwahkan Islam. Karena bila Islam itu dijalankan oleh kita-kita saja sementara kita sendiri membiarkan orang-orang lain bergelimpanagan pengingkaran terhadap Islam, maka Allah SWT mengancam kita yang beramal ini pula akan turut merasakan azab dunia berupa bencana akibat ulah mereka yang ingkar. Islam mengilustrasikan pelaku maksiat seperti orang yang melubangi perahu. Bila kita tidak mencegah dan sedapatnya menghentikan perbuatannya maka semua akan turut tenggelam, semuanya turut meresakan azab dunia akibat pelaku maksiat.
Islam sangat melarang orang yang menganjurkan orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik atau melarang seseorang untuk meninggalkan sesuatu yang buruk sementara dia sendiri masih meninggalkan sesuatu yang baik itu dan masih melakukan sesuatu yang buruk itu. Sangat besar kemarahan Allah bagi orang yang melakukan dakwah seperti ini.
Kata Ibnu Taymiyah dalam kitabnya Siyasah Syar’iyah: “Dakwah adalah upaya mencuri hati”. Jadi dakwa samasekali bukan pemaksaan kehendak kepada orang lain. Dakwah harus menempuh jalur persuasi yang baik sehingga apa yang kita dakwahkan itu dapat merasuk ke dalam hati dan sanubari sasaran dakwah.
0 komentar:
Posting Komentar