Saat ini AS memiliki hutang 200 trilyun dolar atau 1.791 kuadriliun rupiah (Kompas, 16 Nov. 2010). Tingginya penguluaran AS terutama di bidang militer akan membuat negara yang mengaku dirinya adidaya itu kolaps. Ternyata hasil-hasil tambah yang incomenya luar biasa di negara-negara maju milik perusahaan AS tetap tidak mampu mengimbangi tingginya anggaran belanja AS. Misalnya melalui PT. Freeport Indonesia, AS setiap harinya mampu mengeruk minimal 300kg emas dan 600kg puluhan ton mineral berharga lainnya dari tanah Papua per-hari (Kompas, 11 Nov. 2010 h.10). Bila AS tidak mampu menemukan solusi terhadap persoalan ekonomi yang mereka hadapi, maka dalam waktu singkat AS akan mengikuti jejak Yunani yang mengalami devisit anggaran negara.
Sebuah negara yang kebijakan-kebijakan strategisnya dipegang oleh orang-orang korup akan mudah saja mengalami krisis ekonomi. Di negara kita misalnya, PLN selalu mengalami kerugian, namun direktur, staf dan karyawan-karyawan PLN sering kita lihat jadi orang kaya mendadak. Mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi meskipun badan atau lembaga tempat mereka mengeruk kekayaan mengalami kehancuran. Moral seperti ini digambarkan Nietzsce sebagai parasit. Pepatah Aceh mentamsilkan: "Matee ken aneuk, rugo ken atra". Mereka biarkan saja lembaga itu hancur, apa pedulinya: Mati bukan anak, rugi bukan harta. Apa peduliku, pikir mereka.
Dilihat dari siklus sejarah peradaban suatu bangsa, AS saat ini sedang berada dalam generasi penghancuran. Prof. Nasaruddin Umar mengutib Ibnu Khaldun mengatakan panjang pendeknya umur suatu bangsa bergantung pada empat (tahapan) generasi: Perintis; pembangunan dan penghancuran. (Republika, 11 Nov. 2010 h.1) Saya kira warga AS sudah kehabisan waktu untuk berada dalam generasi penikmat. Mereka merasakan generasi ini ketika militer dan ekonom negara mereka, di luar negeri, habis habisan menyerang negara maju. Namun ternyata serangan ini justru membuat AS sendiri yang hancur. Perekonomian mereka hancur lebur akibat sangat besarnya alokasi dana guna mendukung militer dan persenjataan.
Akibat krisis yang dihadapi AS, jutaan wargannya kini menjadi pengangguran. Ini artinya tidak lagi berada di zona penikmat. Semua pengungguran pastilah orang yang melarat, kehidupan ekonominya hancur. Mereka berada dalam generasi penghancuran. Artinya, AS akan segera berakhir.
Perjalanan Barrack Obama selama 10 hari sesuai dengan yang kami perkirakan di awal. Ke negara berkambang dia menawarkan (kalau tidak boleh mengatakan 'memaksa') produk-produk mereka agar membanjiri negara itu supaya mereka memproduksi lebih banyak dan dengan itu tenaga kerja lebih banyak mereka butuhkan. Dengan itu mereka bermaksud menekan angka pengangguran warganya. Dalam waktu bersamaan Obama menekankan pada negara-negara lain untuk tidak mengekspor barang-barangnya ke negara mereka.
Semua orang dengan jelas dapat melihat ini sebagai bentuk tanggungjawab seorang kepala negara untuk mencarikan solusi yang sedang dihadapi warganya meski harus ke ujung dunia. Dan Kisah perjuangan Obama ini akan terus melekat di hati warga AS ketika AS menjadi negara yang tidak diperhitungkan lagi. Dan masa ini tidak akan lama lagi.
Seiring berkembangnya informasi dan teknologi maka semakin berkembang pula pola pikir masyarakat seluruh dunia. Negara-negara berkembang tidak gampang saja terbuai bujuk rayu negara-negara maju untuk menjadikan diri mereka sebagai budak kebudayaan dunia. Negara-negara berkembang seperti India semakin mandiri saja dalam mengembangkan teknologinya. Tidak lama lagi India akan menjadi salahsatu kekuatan ekonomi yang paling disegani di Asia dan segera menjadi kekuatan ekonomi dunia.
Indonesia juga sudah mulai sadar akan kebutuhan sebuah bangsa untuk dapat menjadi negara yang mandiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Di bidang teknologi, Indonesia sedang menggarap proyek roket pengorbit satelit RX 550 dan merancang satekit kembar Lapan-A2 (Kompas, 16 Nov. 2010).
Maka daripada itu, penguasaan AS atas ekonomi negara berkambang akan segara berakhir dan negara-negara berkembang seperti indonesia akan menyalip AS disegala bidang. AS segera gulung tikar.
Indonesia? Bisa!
Mentra 58, 16 Nov.2010
0 komentar:
Posting Komentar