Kata-kata adalah media transformasi informasi paling populer antar persona. Tapi ternyata kata-Kata adalah sarana paling terbatas untuk menginformasikan pesan.
Sufi punya pengalaman yang luarbiasa dalam kondisi fanaa. Namun ketika mereka ingin menyampaikan apa yang mereka rasakan, ternyata mereka menemukan kata-kata dalam bahasa ternyata sangat terbatas. Mau tidak mau sufi harus menggunakan sarana yang sangat terbatas itu meskipus nyatanya penggunaan kata-kata untuk menginformasikan pengalaman mistik sufi telah banyak mendeskriminasi dengan cara mereduksi pengalaman mistik luarbiasa yang mereka rasakan.
Seorang pemuda yang jatuh cinta kepada seorang pemudi tidak mampu memberi alasan kenapa dia mencintai. Ketika dipaksakan mengungkapkan alasan maka dia akan mereduksi apa yang ia sedang alami dan rasakan. Misalnya dia memberi alasan mencinta si pemudi karena kulinya kuning langsat, karena hidungnya mancung dan badannya langsing. Sebenarnya alasan-alasan yang dikemukakan itu hanyalah alasan-alasan simbolis untuk melambangkan atau mewakilkan rasa cintanya. Meskipun boleh jadi kulit, hidung dan postur tubuh si pemudi tidak berhubungan sama-sekali dengan cinta yang ia rasakan.
Ketika filsuf harus membahasakan penemuan pemikirannya, mereka akan menggunakan istilah-istilah yang sangat asing dan susah dimengerti masyarakat awam.
Filsafat mencapai muaranya pada tangan Nietzsche. Dia memiliki kesulitan yang besar untuk membahasakan filsafatnya sehingga dia memilih jalur sastra sebagai media transformasi pemikiran filosofisnya yang sangat mendalam. Namun ketika aliran sungai itu mendekati bibir samudra, maka Nietzsche memilih bungkam karena kata-kata tidak mampu magi menampung isi gagasannya.
Banyak sufi memilih diam merenungkan keindahan pengalaman mistinya. Diam mereka anggap lebih baik daripada mengkomunikasikannya melalui bahasa sebab tidak ingin mereduksi keindahan pengalamannya kedalam kata-kata. Mereka takjub dalam keheningan.
Dalam diam, tidak ada yang distorsasi. Lihatlah bagaimana Ikal mampu menangkap seluruh pesan dari ayahnya melalui diam. Menjelang hari tua, Habibi dan Ainun lebih sering berkomunikasi dalam diam. Aku pula membaca pesan, nasihat dari ayahku melalui diamnya. Dengan melihat raut wajahnya aku paham isi hatinya tanpa harus ayah mereduksikan pesannya melalui kata-kata. Aku terdoktrin melalui diam.
Nabi Basar adalah sosok yang berbeda. Beliau adalah makhluk Allah yang paling berpengetahuan dan berwawasan luas. Bila ahli Astronomi baru mengetahui beberapa hal mengenai galaksi, maka Nabi bahkan telah pergi mengunjungi Sidratul Muntaha. Namun Nabi besar mampu untuk komunikatif dengan ummatnya yang dianggap jihiliyah. Nabi mampu memberi penjelasan sesuai batas nalar ummatnya meski pengetahuan beliau jauh lebih luas daripada mereka.
Nabi memiliki ilmu paling tinggi melebihi filsuf dan sastrawan, namun beliau mampu menyampaikan pesan besarnya kepada masyarakat yang paling rendah nalarnya sekalipun. Nabi Besar patut dijadikan contok sosok yang paling mampu mengobjektiivikasi konsep besar yang beliau bawa kepada masyarakat yang berbanding lurus dari konsep yang beliau bawa.
Mentra 58, 22 April 2011
0 komentar:
Posting Komentar