Sudah hampir dua tahun kita naik kereta ini, masih ingatkah kita pada semangat yang kita bangun pada awal pemilihan masinis kereta ini serta tujuan kereta cantik kita?? semangat besar yang begitu terasa, seakan menjadi kepastian bahwa kita akan sampai pada tujuan kita, awal-awal kita berangkat mesin kita masih rapih rel kita masih baru berikut dengan masinis dan penumpangnya, sebulan kita lalui masih terasa semangat itu, ya semangat besar nan penuh keyakinan bahwa kita akan sampai pada tujuan kita, indikator tujuan kita pun dibangun, begitu banyak stasiun yang kita lewati begitu pula dengan penumpang yang kita raih pada stasiun-stasiun itu, gerbong-gerbong kita yang selalu sibuk mempercantik gerbongnya agar semakin banyak penumpang yang kita raih.
Semester awal masih banyak penumpang yang kita raih, bayangkan dalam satu gerbong kita dapat menghaasilkan 100 lebih penumpang, gerbong-gerbong kita masih lancar tentunya dengan sokongan masinis kita, hari-hari kita jalani dengan senyum, canda dan tawa dengan terus menatap pada stasiun harapan kita saling memperbaiki apa yang kurang pada kereta kita, kita terus menerus mempercantik kereta kita, masinis kita pun masih begitu semangat, dengan begitu yakinnya dia memainkan tuas kemudi kereta kita.
Antara semester satu dan dua mulai satu persatu masinis kita turun dari kereta, tapi kita masih tetap semangat, kita hanya mampu berhusnudzan mungkin masinis kita lelah membawa gerbong yang kita tumpangi ini. di stasiun pun usaha kita mulai hilang untuk meraih penumpang bahkan penumpang-penumpang yang baru saja kita raih di stasiun sebelum ini turun ditengah jalan, yah memang mudah turun dari kereta ini, karena lambatnya kereta kita, itu harus kita akui!!! tanpa rasa takut apalagi menyesal mereka turun dari kereta ini,. gerbong kita tinggal sedikt yang mampu meraup peumpang dan jumlahnya pun mulai berkurang yah tak sampai pada pencapaian semester awal kita, gerbong kita pun menjadi lusuh karena masinis yang jarang bahkan hampir tidak pernah melihat atau memeriksa gerbongnya, gerbong kita pun makin rapuh.
Semester dua sampai tiga mulai para masinis masinis utama kereta kita turun dari kereta kita, lagi-lagi tanpa rasa takut bahkan malu mereka turun dengan penumpang yang masih setia dalam gerbong, tetapi lagi-lagi kita sebagai penumpang hanya mampu berhusnudzan, mungkin mereka punya kepentingan diluar sana, atau mungkin pencapaian mereka pada kereta kita sudah mereka dapat. Kita mulai merenung dengan semua ini, masinis kepala kereta kita pun kelelahan, pembantu-pembantunya mulai berhilangan, ‘ah biarkan saja mungkin mereka lelah’ ujar masinis itu menghibur diri.
Semester tiga semuanya mulai tak terkendali, masinis utama itu kelelahan dan saking lelahnya tanpa tanggung jawab ia turun dari kereta tanpa berpamitan dengan penumpang yang telah mempercayakannya, yah hanya sepucuk surat pengunduran diri sebagai masinis. kereta kita mulai acak-acakan, para masinis kita saling tempur dalam kereta, yah mungkin karena kebingungan mereka pada keretanya yang ditinggal satu persatu pembantu masinis bahkan masnis kepala.
Mulailah komunikasi antara kepala kereta yang isinya para masinis dengan para penghuni gerbong membicarakan kembali bagaimana solusi semua ini??. Akhirnya kia sepakat dengan memilih masinis baru dengan seadanya pembantu masinis yang masih setia pada kereta kita. Gerbong-gerbong mulai diperbaharui, yah walau tidak jelas rel manakah yang akan kita gunakan.
Ssssssssssssssssttttttttttttttttttttttttt…. Baru saja kereta yang kita usahakan agar bisa cantik lagi dibangun mulai lagi penyakit lama timbul. Pembantu setia masinis tumbang satu persatu, bahkan banyak penumpang yang ada dalam gerbong tak tahu siapakah masinis yang masih tersisa. Ah entahlah pa yang ada dibenak para masinis kita, semoga mereka benar-benar pada keyakinannya untuk menjadi lebih baik dengan meningalkan kereta lusung kita..
“sebuah kisah renungan menuju KONWIL PII JAKARTA RAYA ini tak lin dan tak bukan dibuat hanya untuk kepentingan kita bersama agar ditahun depan kita mampu membuat kereta yang lebih kuat dan lebih hebat”
Turunlah yang ingin turun dari kereta ini, futurlah orang-orang yang ingin future, tinggalkanlah bagi orang-orang yang ingin meninggalkan kereta kita ini, AKU KAN TETAP DISINI BERSAMA RABB YANG KUYAKINI SELALU SETIA MENEMANI HARIKU DI GERBONG LUSUH INI.
( Yazid Qulbuddin kader PII Jakarta Barat)
( Yazid Qulbuddin kader PII Jakarta Barat)
0 komentar:
Posting Komentar